1. Dinasti
Qin
Dinasti Qin
(221-206 SM) adalah kekaisaran yang sesungguhnya yang pertama dalam sejarah Tiongkok.
Didirikan oleh Qin Shi Huang (秦始皇), inilah dinasti pertama yang
menyatukan Tiongkok. Sebagai kekuatan yang baru muncul di Daratan Tinggi Tengah
di Tiongkok, Qin menghadapi Yan, Zhao, Wei, Han, Qi dan Chu; enam
negara bagian yang tersisa setelah penaklukan dan pengambil alihan yang
berlangsung selama selama berabad-abad. Diantara ke enam negara bagian ini,
Han, Chao dan Wei adalah hambatan utama dalam upaya mengembangkan wilayah
kearah timur.
Penyatuan Wilayah Qin Dengan Menyerbu 6 Negara Bagian
Di antara ketujuh negara bagian di Zaman Berperangnya
Negara-negara Bagian, Negara Zhao adalah yang kedua kekuatannya setelah
Qin. Dengan pasukan yang kuat dan banyaknya jendral terkenal, Zhao adalah
hambatan utama bagi ambisi Qin untuk mendominasi keseluruh negara. Walaupun
sempat dilemahkan akibat pertempuran di Changping, Zhao adalah kekuatan yang
takkan pernah berani diremehkan oleh Qin.
Ying Zheng
(贏政)
mewarisi keadipatian saat berumur 10 tahun. Ia lalu mengambil alih kendali
pemerintahan Qin dari kendali Perdana Menteri Lu Buwei saat usianya
masih berumur 22 tahun pada tahun 236 SM. Dua tahun kemudian, Negara Yan
menyerang Zhao; berasumsi bahwa Zhao belum pulih akibat pengaruhnya di
Changping. Setelah menghancurkan serangan tersebut, Zhao melancarkan serangan
balasan. Pasukannya menerobos masuk hingga ke pusat Yan. Mengetahui bahwa Zhao
tidak mempunyai pasukan yang cukup untuk menghadapi serangan dari belakang, Qin
habis-habisan menyerang Zhao dengan alasan membela Yan. Demikianlah Qin memetik
keuntungan sementara keduanya itu berperang.
Dengan pasukan yang tak tertahankan, pasukan Qin maju terus
sampai ke Handan, ibu kota Zhao. Dua tahun kemudian, pertempuran yang
menentukan berlangsung di Pingyang, suatu pos strategis di sebelah selatan
Handan. Seratus ribu orang dari pasukan Zhao terbunuh. Handan sungguh berada
dalam bahaya. Pada saat-saat krisis itu, adipati Zhao memanggil Li Mu, seorang
jendral yang telah meraih ketenaran ketika melawan orang Hun disebelah utara
untuk melindungi Handan.
Pasukan Li Mu menghajar pasukan penyerbu itu di Feicheng, di
sebelah timur Handan. Tahun berikutnya, Qin kembali menyerang Zhao. Pasukan Qin
menyerang Handan dari utara dan selatan. Pasukan Li Mu menghadapi langsung
pasukan musuh dan mati-matian bertempur di Fanwu, Di sebelah timur laut Handan.
Kekalahan besar yang diderita Qin untuk sementara waktu menghambat upayanya
untuk mengembangkan wilayah kearah timur.
Pada tahun 230 SM, Qin menyerang Negara Han, sebuah
negara bagian yang lebih lemah, dan berhasil menaklukannya dalam waktu satu
tahun. Ketika itu, terjadilah gempa bumi dan bencana kelaparan di Zhao. Qin
lalu memanfaatkan kesempatan itu untuk berperang melawan Zhao. Pasukan Qin maju
lewat dua rute. Pasukan dari Shanxi di sebelah barat menyerang Handan dari
belakang. Pasukan lainnya menyeberangi Sungai Kuning dan menyerang Handan dari
depan.
Li Mu mengorganisasikan pertahanan yang yang kuat diluar
kota Handan. Warga Handan memberikan dukungan kuat kepada pasukannya dengan
mengirimkan orang-orang handal. Mereka juga merobohkan rumah-rumah mereka dan
menggunakan kayu-kayunya untuk membuat kereta tempur serta senjata. Perlawanan
keras yang dilakukan oleh pasukan dengan bantuan rakyat itu menghambat upaya
Qin itu satu tahun lagi. Persediaan menipis; pasukan Qin tidak bisa maju
ataupun mundur.
Sementara Qin kesulitan mengambil langkah berikutnya,
seorang ahli strategi bernama Wei Liao mengusulkan cara untuk kemenangan dengan
siasat. Seorang agen yang diutus oleh Li Si (orang kepercayaan Ying Zheng yang
diangkat menjadi menteri kehakiman) menyeinap ke dalam Zhao dan menyuap Guo Kai
(seorang penjilat dari negara Zhao) dengan sejumlah besar uang. Tujuannya
adalah untuk menghasut adipati Zhao bahwa Li Mu sedang merencanakan
pemberontakan untuk merebut keadipatian.
Karena terhasut, adipati Zhao menyuruh Guo Kai untuk memberi
perintah pada Li Mu bahwa ia akan dicopot dari jabatan militernya. Li . Mu akan
digantikan oleh Zhao Cong. Tapi Li Mu bersikeras tidak mau melepas jabatannya,
sehingga membuat Guo Kai marah. Ia mengutus Chao Cong untuk menyerang tenda
sang komandan dan membunuh Li Mu. Ketika komandan Qin mendengar tentang
kematian Li Mu, ia langsung melancarkan serangan dan menyapu bersih pasukan
Zhao dalam waktu tiga bulan. Pada tahun 228 SM, pasukan Qin merebut Handan.
Adipati Zhao ditangkap dan berakhirlah keberadaan Zhao setelah 800 tahun.
Pasukan Qin terus maju setelah menaklukan Zhao. Mereka sampai ke tepi Sungai Yi
dan mengancam negara bagian Yan.
Sang pewaris tahta Yan, yaitu pangeran Dan, pernah dijadikan
sandera di Qin dan diperlakukan dengan buruk oleh Ying Zheng. Tak tahan dengan
perlakuan yang buruk itu, pangeran Dan melarikan diri ke negara bagian asalnya,
sementara Qin dan Zhao sedang berperang. Pangeran Dan juga bertekad akan
membalas perbuatan Ying Zheng suatu saat nanti. Melihat pasukan bersenjata Qin
mendekati perbatasan negara bagiannya, pangeran Dan tahu bahwa sudah dekat
saatnya untuk adu kekuatan dengan Qin. Dan untuk menyelamatkan negara
bagiannya, pangeran Dan berencana membunuh sang adipati Qin dan menimbulkan
kekacauan dalam negaranya.
Lewat berbagai hubungan, pangeran Dan mengenal Jing Ke,
seorang yang berani dan berwawasan. Pangeran Dan meminta agar Jing Ke mau
menjadi duta negara Yan, lalu jika setelah diterima oleh sang adipati Qin,
culiklah dia dan paksalah dia untuk mengembalikan tanah yang direbutnya dari
negara-negara bagian lainnya. Dan kalau menolak, langsung bunuh saja. Pangeran
Dan memperlakukan Jing Ke sebagai tamu terhormat. Pangeran Dan juga memberikan
rumah besar dan kereta kuda serta wanita sebanyak yang dikehendaki oleh Jing
Ke.
Dan pada akhirnya tiba saatnya bagi Jing Ke untuk berangkat.
Sang pangeran sendiri yang mengucapkan selamat jalan kepadanya di tepi
Sungai Yi. Setelah sampai di negara Qin, Jing Ke memberi dua hadiah bagi sang
adipati dari Qin, yaitu peta Du Kang (sebidang tanah subur kepunyaan Yan dan
kepala Dan Wuqi, seorang jendral Qin yang telah menghianati negara bagiannya.
Adipati Qin pun sangat senang. Jing Ke diterima dengan sambutan meriah di
istana XianYang.
Jing Ke tidak melupakan misinya datang ke Qin, yaitu
membunuh Ying Zheng. Pada saat yang tepat, Jing Ke mulai melakukan aksinya. Di
dalam istana XianYang, Jing Ke langsung menyergap Ying Zheng. Tapi Ying Zheng
tidak tinggal diam. Dengan sigap ia langsung melawan Jing Ke, yang memang pada
akhimya Jing Ke tewas di tangan Ying Zheng. Ying Zheng yang pada saat itu
sangat marah langsung memerintahkan untuk menyerang negara Yan. Pasukan Qin
yang dipimpin oleh jendral Wang Jian dan Wang lien. Mereka hanya membutuhkan
waktu satu tahun merehut Jicheng, ibukota Yan. Tepatnya pada tahun 225 SM,
negara bagian Yan pun dikusai Qin.
Begitu pun dengan negara-negara bagian lainnya seperti Negara
Wei yang berakhir karena tanggul dari Sungai Kuning digali oleh pasukan Qin
yang mengakibatkan banjir di ibukota Wei, yaitu Daliang. Negara Chu yang
berakhir karena jendral Qin yang mahir dalam strategi, yaitu Wang Jian. Dan
negara bagian yang terakhir, yaitu Negara Qi, yang sadar bahwa
negara-negara bagian yang lain telah dikalahkan. Mereka pun akhirnya menyerah
tanpa berperang melawan Qin pada tahun 221 SM. Dan dalam waktu sepuluh tahun,
mulai dari tahun 230 sampai 221 SM, Qin menyapu bersih semua negara bagian
lainnya dan menyatukan Tiongkok.
Peta Dinasti Qin sewaktu menyatukan
7 negara bagian. Klik untuk memperbesar gambar.
Akhimya setelah kekuasaan terbentuk, Qin menjadi
sebuah negara besar yang berhasil menyatukan semua wilayah di tanah Tiongkok,
yang beribu kota di XianYang. Sedangkan kepala Negara Qin adalah Ying
Zheng (Qin Shi Huang) yang bergelar Huang Ti atau Kaisar.
Tiba saatnya bagi Ying Zheng untuk mengatur negaranya. Pada masa
pemerintahannya terjadi berbagai bentuk pembaharuan, seperti :
1. Penghapusan aturan-aturan feodalisme dengan Unitarisme.
2. Penghapusan sistem raja vazal dan digantikan dengan
administrator Negara yang langsung bertanggung jawab pada kaisar.
3. Pembentukan propinsi baru dan pengangkatan gubernur.
4. Memperbaharui dan memberlakukan Undang-Undang yang sama
untuk semua wilayah.
5. Membakukan sistem ukuran standar dan tulisan.
6. Menyamakan satu jenis mata uang dari segi nilai, bentuk,
dan berat mata uang.
Meskipun bertangan besi, Shi Huang Ti berjasa besar bagi
peradaban China. Shi Huang Ti memerintah Dinasti Qin dengan tangan besi. la
menyingkirkan orang-orang yang tidak sepaham dengannya. la pun melarang
buku-buku dalam rangka melenyapkan kritik dan meneguhkan kepatuhan kepada
kaisar. Sifat tangan besi itu juga tampak dalam banyak pembangunan, antara lain
:
1. Pembangunan pertahanan yang menghubungkan benteng-beneng
yang dibangun oleh keenam bekas negara bagian. Itulah yang kemudian menjadi Tembok
Besar China, yang terbentang di sepanjang perbatasan China bagian utara
dengan total panjang lebih dari 2500 kilometer. Temboknya dirancang untuk
mencegah bangsa-bangsa minoritas di sebelah utara menyerbu dan untuk melindungi
produksi pertanian di Tiongkok Utara.
2. Pembangunan istana baru di taman Shanglin yang dinamakan istana
E Pang. Total 700 ribu pekerja bekerja selama 10 tahun untuk membangun
istana ini. Istana ini masih juga belum rampung ketika Dinasti Qin digulingkan.
Konon di istana yang luar biasa besar dan megah ini mengakomodasi banyak sekali
perhiasan serta wanita cantik.
3. Pembangunan makam Qin Shi Huang di gunung Li Shan
yang membutuhkan lebih dari satu juta pekerja selama 40 tahun dan menelan
korban jiwa ratusan ribu orang. Di istana bawah tanah yang besar itu diisi
patung-patung yang terbuat dari tanah liat yang dibuat menyerupai pejabat
istana dan pahlawan yang berbaris membentuk formasi. Ribuan patung pejabat,
pahlawan dan kuda yang berukuran sebenarnya itu dikuburkan bersama sang kaisar
untuk menjadi pasukan di dunia lain, karena ia berkeinginan untuk menjadi
penguasa yang perkasa bahkan setelah ia wafat pun. Patung-patung Teracotta itu
juga dipersenjatai dengan senjata sungguhan, yang sebagiannya masih tajam
setelah dikuburkan lebih dari 2000 tahun. Mereka mengenakan sepatu-sepatu anti
selip dengan paku-paku di alasnya menyerupai sepatu olahraga modern.
Patung prajurit Terracota yang ada
di kompleks makam raja Qin Shihuang, terletak Xi’an, China.
Menurut sejarawan Sima Qian (145-90 SM) mencatat,
pada kompleks makam utama istana Qin Shi Huang yang terletak di di Xian,
Shaanxi, China ini juga konon dipasang sistem semi mekanis yang secara otomatis
melemparkan panah-tombak yang mematikan kalau-kalau ada perampok yang mau masuk.
Di dalam makam utama sang raja juga dikuburkan banyak sekali emas, perak dan
permata; serta di langit-langit atas istana terdapat representasi dari rasi
bintang surgawi, terdapat bukit dan sungai buatan yang diisi cairan merkuri
serta pelita yang dinyalakan dengan minyak ikan yang akan terus menyala dalam
waktu yang lama.
“Pada bulan kesembilan, Kaisar
pertama dimakamkan di Gunung Li. Ketika Kaisar Pertama kali naik takhta,
penggalian dan persiapan dimulai di Gunung Li. Kemudian, ketika ia
mempersatukan kerjaan, 700.000 orang dikirim kesana. Mereka menggali melalui
tiga lapisan air tanah dan dituangkan dalam perunggu untuk membuat peti mati
luar. Istana dan menara indah untuk seratus pejabat dibangun dan makam itu
penuh dengan artefak langka dan Harta yang menawan. Pengrajin diperintahkan
untuk membuat busur dan anak panah prisma untuk menmbak siapa saja yang
memasuki makam. Mercury digunakan untuk mensimulasikan ratusan sungai, Yangtze
dan Sungai Kuning, dan laut besar dan mengatur aliran secara mekanis. Di atas
ada representasi dari rasi bintang surgawi, dibawah melambangkan bumi. Lilin
dibuat dari lemak ikan, yang bisa untuk membakar dan tidak cepat padam untuk
waktu yang lama.
Kaisar Kedua mengatakan “ini tidak
pantas untuk selir kaisar yang tidak memiliki anak laki-laki untuk keluar
bebas”, memerintahkan bahwa mereka harus menemani orang mati, dan banyak sekali
orang meninggal. Setelah pemakaman, disarankan bahwa itu akan menjadi
pelanggaran serius jika para pengrajin yang membangun perangkat mekanik membocorkan
rahasia kekayaan yang ikut dipendam. Oleh karena itu setelah upacara pemakaman
telah selesai dan harta telah tersembunyi, gerbang diblokir dan pintu gerbang
luar diturunkan, sehingga orang yang berada dalam makam termasuk semua pekerja
dan pengrajin tidak ada yang bisa melarikan diri. Pohon dan vegetasi kemudian
ditanam pada gundukan makam sedemikian rupa sehingga menyerupai bukit.” – Sima Qian, Shiji, Bab 6 (dikutip dari :
perfectartisan.blogspot.com)
Menurut asumsi Guo Zhikun, seorang spesialis dalam
sejarah dinasti Qin menyimpulkan dari deskripsi yang ditulis Sima Qian. Guo
menyimpulkan bahwa istana bawah tanah memiliki tiga gerbang : gerbang luar,
gerbang tengah dan gerbang dalam yang tidak disebutkan. Ketika kaisar
meninggal, dia ditempatkan di istana bawah tanah. Lalu, gerbang tengah ditutup
(closed; yang berarti pintu yang memiliki dua bilah) dan gerbang luar ditutup
(shutdown; yang berarti pintu geser ke bawah secara vertikal). Pintu tengah
terkunci secara otomatis begitu ditutup. Ini sengaja dirancang untuk mencegah
penerobosan apapun baik dari dalam maupun dari luar.
Selain itu, gerbang dalam yang tidak disebutkan memiliki
mekanisme yang sama seperti yang di tengah. Peti mati kaisar dan semua artikel
penguburannya ditempatkan di antara gerbang tengah. Ketika istana makam
diperintahkan untuk ditutup, pekerja masih sedang sibuk bekerja di dalamnya.
Dalam hitungan detik, bagaimanapun, mereka dimakamkan bersama dengan kaisar dan
menjadi korban pemakaman. Semua pekerja yang berada di dalam makam tak ada yang
lolos. Karena hal inilah membuat para arkeolog hingga saat ini belum berani
menggali ruang makam utama milik kaisar Qin Shin Huang; harus ada perencanaan
yang matang karena bisa saja mereka menjadi “tumbal” dan ikut terkubur
hidup-hidup bersama dalam makam.
Setelah Ying Zheng (Shi Huang Ti) meninggal pada tahun 110
SM (lahir 258 SM), para gubernur dari tiap-tiap propinsi berupaya untuk merebut
kekuasaan tertinggi di China. Dalam keadaan yang kacau itu, Liu Pang muncul
beserta pasukannya berhasil mengalahkan lawan-lannya dan mengatasi kekacauan
tersebut Pada bulan ke 10 tahun 206 SM, kekuasaan besar Dinasti Qin yang
didirikan oleh sang kaisar pertama Shi Huang Ti yang hanya berkuasa selama
kurang lehih selama 14 tahun itu pun berakhir sudah, ditandai dengan
bergantinya Dinasti Qin ke Dinasti Han oleh Liu Bang.
Sumber : Buku koleksi penulis
Judul : “Jatuh Bangunnya Dinasti Qin” oleh Ren Changhong
Bab : Qin Tampil Sebagai Kekuatan Besar
Judul : “Jatuh Bangunnya Dinasti Qin” oleh Ren Changhong
Bab : Qin Tampil Sebagai Kekuatan Besar
See more at:
http://www.tionghoa.info
No comments:
Post a Comment