Hampir
seluruh peralatan yang digunakan dalam perayaan tahun baru Imlek atau Sintjia
berwarna merah dan keemasan. Kedua warna ini memiliki filosofi tersendiri bagi
masyarakat Tionghoa.
Warna
merah melambangkan kegembiraan, kebahagiaan dan keberhasilan. Sedangkan warna
keemasan dalam bahasa Mandarin disebut 'jin' adalah uang, melambangkan sebuah
harapan agar di tahun berikutnya dilimpahi banyak rejeki.
Sesajian
dan peralatan yang digunakan dalam perayaan Imlek mengandung makna, nilai dan
filsofi serta konsep-konsep kehidupan masyakat Tionghoa.
Semuanya
merupakan simbol dari budaya Konghucu yang sarat dengan makna dan simbol.
Dengan memahami semua itu akan terkuak bagaimana masyarakat Tionghoa menjalani
hidup dan kehidupan dengan keyakinan mereka.
Sejumlah
peralatan dan atraksi tersebut antara lain:
1.
Hio Lou
Adalah
tempat menyimpan abu leluhur yang berfungsi menancapkan hio atau dupa
sembahyang.
Hio
Lou melambangkan hati yang tentram dalam sembahyang, hal-hal yang menggangu
pikiran saat melakukan sembahyang harus terlebih dahulu disingkirkan.
Hio
yang dipakai pada upacara perayaan tahun baru Imlek adalah hio bergagang merah
dan dalam sembahyang king thi kong harus berjumlah tiga batang yang
melambangkan tiga alam kekuasaan Tuhan.
Kekuasaan
Tuhan ini disebut too kwan sam Thuian yaitu alam ketuhanan (Thian), alam
semesta (tee) dan alam kemanusiaan (jien).
2.
Sin Ting atau Shen Ting
Berupa
tempat tinggi yang berisi campuran antara minyak tanah dan minyak goreng serta
nasi di atasnya yang diberi sumbu terapung. Lampu minyak ini melambangkan sifat
keabadian, seperti makna shen atau abadi, Secara umum memiliki makna sifat
keesaan dan keabadian Tuhan.
3.
La atau Lilin
Biasanya
berwarna merah pada upacara persembahyangan dipasang di kiri dan kanan altar.
Lilin merupakan alat penerangan yang menyimbolkan bahwa manusia harus menjadi
penerang bagi sesamanya.
Penerangan
dalam arti juga bisa memberikan jalan keluar bagi orang lain yang mempunyai
berbagai macam permasalahan. Sebuah lilin yang dari awal menyala sampai padam,
selalu menjadi penerang, demikian halnya juga dengan manusia yang keberadaannya
harus menjadi penerang sejak kecil hingga akhir hayatnya.
4.
Swan Loua
5.
Lian
Merupakan
sajak musim semi yang merupakan rangkaian kata-kata ditulis di atas kertas
merah atau kain merah. Isinya merupakan sejumlah harapan akan kesejahteraan,
kemakmuran, dan keselamatan seperti shijie ping’ang yang memiliki arti selama
empat musim tetap selamat, sedangkan wu fu lin men artinya lima berkah
menyertai pintu, kata fu sendiri berarti kaya.
Masyarakat
Tionghoa menempelkan Lian di pintu rumah bagian depan atau di dalam rumah agar
rejeki dan keselamatan senantiasa terlimpah bagi para penghuni rumah.
6.
Angpao
Disebut
juga hongbao adalah bungkusan merah. Angpao ini berupa uang yang dibungkus
kertas merah dan diberikan oleh orang tua kepada anak yang belum menikah dan
dari anak yang sudah menikah kepada orang tua. Angpao
diberikan setelah anak melakukan pai kui ‘sujud kepada orang tua’. Pai kui
biasanya disertai ucapan doa gong he xin xi ‘hormat bahagia menyambut tahun
baru’ atau gong xi fa cai ‘hormat bahagia berlimpah rejeki’. Barongsai
atau tari singa merupakan sebuah pertunjukan tarian atau gerakan –gerakan
tertentu dengan para penarinya menggunakan kostum seperti singa. Barongsai
diharapkan dapat mengusir roh jahat. Liang
Liong atau tari naga yang dalam bahasa Mandarin disebut long atau juga
diartikan agung. Liang artinya terang, berkilau. Tari yang memiliki symbol
bahwa naga sebagai bentuk keagungan mampu menerangi semua orang.
Dalam
budaya masyarakat Tionghoa naga dianggap sebagai makhluk suci perantara dan
penjaga kekayaan dewa -dewa. Lampion
atau denglong berwarna merah merupakan lambang keberhasilan, dan kegembiraan,
sebab warna merah dalam bahasa Mandarin disebut hong atau keberhasilan.
Dengan
memasang lampion masyarakat Tionghoa yang beragama Konghucu berharap selalu
mendapat keberhasilan di tahun-tahun mendatang.
No comments:
Post a Comment