TIKUS dianggap hewan
paling licik di antara 12 shio. Berada di urutan pertama dalam penanggalan Cina
pun, konon, diperoleh tikus dengan cara culas.
Nah, ini sedikit
legenda soal perilaku terkait dengan penanggalan Cina. Alkisah, Dewa Langit
ingin menentukan urutan usia manusia sesuai tahun kelahiran. Maka, diadakanlah
sayembara untuk menentukan 12 hewan sebagai simbol tersebut. “Dua belas hewan
yang tiba paling dulu, itulah yang akan kuabadikan,” begitu syarat lombanya.
Mendengar pengumuman
itu, setiap hewan pun bersiap diri mengikuti sayembara itu. Bangga tentunya
bila nama mereka diabadikan langsung oleh Dewa Langit, dewa di tempat
tertinggi.
Waktu itu, kucing
masih memiliki hubungan dekat dengan tikus. Malam sebelum perlombaan, kucing
meminta tikus untuk membangunkan dirinya pada keesokan harinya.
Alih-alih menjalankan
pesan karibnya itu, tikus malah bangun lebih awal dan bergegas menuju lokasi perlombaan.
Rupanya, tikus memiliki ambisi tersendiri memenangi lomba.
Beberapa saat
mendekati finis, tikus berjumpa dengan kerbau. Dipanggillah hewan tambun itu
oleh tikus. Ternyata, butuh waktu bagi kerbau untuk membalik badannya demi
mencari tahu siapa yang memanggil.
Keadaan ini membuat
tikus berhasil menghentikan sementara langkah kerbau menuju titik finis. Tanpa
membuang waktu, tikus segera melompat ke atas tanduk kerbau.
Tanpa menaruh curiga,
kerbau membiarkan tikus berada di atas tanduknya. Saat titik finis tinggal di
depan mata, tikus segera melompat turun mencapai titik finis paling dulu
sebelum kerbau melangkahkan kakinya. Uuupsss, tertipulah kerbau!
Sementara, tahu kalau
tak dibangunkan tikus, kucing pun murka. Diterkamnya tikus sahabatnya itu.
Jadilah, sampai kini, kucing tak pernah akur dengan tikus.
Naga botak
Lain tikus, lain lagi
kelicikan naga. Pongah karena cuma dirinya yang tinggal di langit membuat naga
merasa diri bakal jadi pemenang.
Tetapi, waktu itu,
naga tidak memiliki tanduk alias botak kepalanya. Maka, hewan besar itu mencari
akal untuk menutupi kekurangsuburan rambut di kepalanya.
Konon, kelabanglah
yang mengusulkan kepada naga untuk meminjam tanduk ayam jantan. Kelabang juga
yang mengajukan diri sebagai penjamin.
Sementara kepada naga,
baik kelabang maupun ayam jantan meminta agar naga memasukkan mereka berdua
dalam urutan simbol nama tahun. Deal pun terjadilah!
Janji, nyatanya,
tinggal janji. Usai pertandingan, Dewa Langit malahan tak memasukkan nama
kelabang di urutan hewan.
Naga pun, justru
merasa pas dengan tanduk pinjaman. Naga emoh memulangkan tanduk ke ayam jantan.
Di sisi lain, ayam
kelabakan karena barangnya tak pulang. Ia pun mencari kelabang untuk minta
pertanggungjawaban.
Kelabang meyakinkan
ayam kalau dirinya juga ditipu oleh naga. Cuma, ayam kepalang memuncak
amarahnya karena merasa dipermainkan. Ayam pun mematuk kelabang dan memakannya.
Sampai hari ini, ayam memang doyan makan kelabang.
Gara-gara tak bisa
terbang ke langit, ayam yang masuk dalam “12 besar” tak putus-putusnya menagih
tanduknya kepada naga. Setiap pagi, ayam jantan pun berkokok ke arah langit
minta agar naga mengembalikan tanduknya.
Binatang terakhir yang
sampai di titik finis adalah babi. Sederhana saja alasannya, babi memang
pemalas.
Sesuai urutan, tikus
kemudian menjadi tahun pertama dari siklus diikuti oleh kerbau, harimau,
kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam jantan, dan anjing. Paling
bontot, ya, babi.
Meskipun cerita ini
memiliki banyak versi, hingga sekarang shio masih tetap digunakan masyarakat
China sebagai acuan dalam kehidupan.
Pada akhirnya,
percayalah Anda, kalau Tuhan memang berada di atas peruntungan, rezeki, jodoh,
sekaligus hidup dan mati. Maka, memahami karakter manusia dari pemetaaan 12
hewan tersebut tidak terlalu pas betul memang. Karena, pada dasarnya cuma Yang
Kuasa yang mempunyai kehendak atas segala ciptaan.
No comments:
Post a Comment