Tuesday, December 4, 2012

CAP GO MEH DAN SEKILAS PENANGGALAN TIONGHOA



Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar Tiongkok. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. Saat itu juga merupakan bulan penuh pertama dalam Tahun Baru tersebut.
Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut – suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia .
Hari raya Cap Go Meh atau Yuan Xiaojie dalam bahasa Tionghoa yang jatuh pada tanggal 15 bulan pertama tahun Imlek adalah salah satu hari raya tradisional Tiongkok. Menurut tradisi rakyat Tiongkok, sehabis Cap Go Meh, maka berakhirlah seluruh perayaan Tahun Baru Imlek.
Hari raya Cap Go Meh juga disebut Yuanxi, Yuanye atau Shang Yuanjie dalam bahasa Tionghoa. Malam Cap Go Meh adalah malam pertama bulan purnama setiap tahun baru. Pada malam itu, rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan memasang lampion berwarna-warni, maka festival ini juga disebut sebagai “hari raya lampion”.
Menyaksikan lampion dan makan onde-onde adalah dua bagian penting pada hari raya Cap Go Meh. Dan dari mana asal usul tradisi pemasangan lampion pada Festival Cap Go Meh? Konon pada tahun 180 Sebelum Masehi, Kaisar Hanwudi yang berkuasa pada masa Dinasti Han Barat naik takhta pada tanggal 15 bulan pertama Imlek. Untuk merayakan penobatannya, Kaisar Han Wudi mengambil keputusan untuk menjadikan tanggal 15 bulan pertama sebagai hari raya lampion. Pada malam tanggal 15 bulan pertama setiap tahun, ia berkebiasaan bertamasya ke luar istana dan merayakan festival itu bersama rakyat. Pada tahun 104 Sebelum Masehi, Festival Cap Go Meh secara resmi dicantumkan sebagai hari raya nasional. Berkat keputusan itu, skala Festival Cap Go Meh meningkat lebih lanjut. Menurut peraturan, setiap tempat publik dan setiap keluarga diharuskan memasang lampion berwarna-warni, khususnya di jalan utama dan pusat kebudayaan akan diadakan pameran lampion besar-besaran yang meriah. Rakyat, baik yang berusia tua maupun yang berusia muda, pria maupun wanita semuanya akan berdatangan ke pekan lampion untuk menyaksikan lampion dan tari lampion naga, di samping menebak teka-teki.
Lampion berwarna yang dipasang pada Festival Cap Go Meh kebanyakan dibuat dari kertas berwarna terang. Lampion bernama “zoumadeng” atau lampion kuda berlari adalah salah satu macam lampion yan paling menarik. Konon lampion itu sudah bersejarah seribu tahun lamanya.
Makan onde-onde pada hari raya Cap Go Meh juga merupakan salah satu kebiasaan lama. Kebiasaan makan onde-onde dimulai dari masa Dinasti Song (tahun 960-tahun 1279 Masehi). Onde-onde dibuat dengan tepung beras ketan dan selai buah. Setelah dimasak, rasanya lezat sekali. Pada kemudian hari, rakyat di bagian utara menyebut makanan itu sebagai “yuanxiao” dan rakyat di selatan menyebutnya sebagai “tangyuan”, dan pembuatannya pun berlainan dari utara ke selatan. Kini onde-onde bermacam-macam, dan lain tempat lain cara pembuatan dan rasanya.
Pada Festival Cap Go Meh, rakyat selain menikmati lampion dan makan onde-onde, juga mengadakan kegiatan hiburan lainnya, seperti jangkungan, tari yangge (semacam tari khas di bagian utara Tiongkok) dan pertunjukan tari singa.
Cap Go Meh di Singkawang
Perayaan Cap Goh Meh di Singkawang biasanya ditandai dengan arak-arakan para Tatung menuju vihara atau klenteng. Perayaan dipercaya sudah dilaksanakan turun temurun sejak 200 tahun yang lalu. Para tatung berasal dari berbagai vihara yang tersebar di seluruh Singkawang, oleh karena itu tak heran kalau Singkawang juga mendapat julukan kota seribu kuil. Dalam 1 vihara atau klenteng kadang terdiri lebih dari 1 orang Tatung. Pagi hari di hari ke 15 ini, para Tatung akan berkumpul untuk melakukan sembahyang kepada Langit di altar yang sudah disiapkan. Perjalanan para Tatung di tandu dengan menggunakan tandu yang beralaskan pedang tajam atau paku tajam. Sambil memamerkan kekebalan tubuhnya mereka diarak keliling kota dengan diiringi musik tetabuhan dan genderang khas Tionghoa (orang Melayu Singkawang menyebutnya ‘Dung Dung Ce’). Ada juga yang naik tangga pedang, biasanya terdiri dari 36 atau 72 pundak/tangga. Semakin bisa naik ke atas maka artinya semakin kuat juga ilmu Tatung tersebut. Kegiatan ini telah mulai dikembangkan sebagai objek pariwisata untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pada hari Perayaan Cap Go Meh hampir seluruh jalan-jalan utama di Kota Singkawang akan dipadati oleh masayarakat yang akan menyaksikan atraksi Tatung, Barongsai dan Naga. Biasanya acara di pusatkan di Pekong Besar yang terletak ditengah-tengah pusat pasar dan pertokoan. Tatung dan pasukan penggiringnya akan berkeliling rute yang telah ditentukan panitia dan ditonton oleh orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat yang ada di Kota Singkawang dan sekitarnya, bahkan dari kota-kota lain dan juga para wisatawan dari manca negara. Suasana keramaian dan hiruk pikuk memang menjadi daya tarik tersendiri. Pokoknya seharian itu semua took dan ruko tutup untuk acara ini.
Yang paling menarik dari perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang ini adalah atraksi Tatung tersebut. Konon Tatung hanya ada di Singkawang, tidak ada di tempat lain dimanapun didunia yang masyarakatnya merayakan Cap Go Meh.
Tatung
Tatung dalam bahasa Hakka adalah orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Dimana raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara antara roh leluhur atau dewa tersebut. Dengan menggunakan Mantra dan Mudra tertentu roh dewa dipanggil ke altar kemudian akan memasuki raga orang tersebut.
Para Dewa atau roh leluhur biasa dipanggil dengan kepentingan tertentu, misalnya untuk melakukan kegiatan pengobatan atau meminta nasehat yang dipandang perlu. Kebanyakan para roh dewa dipanggil untuk kegiatan yang berhubungan kepercayaan Taoisme , antara lain pengobatan, pengusiran roh jahat, pembuatan Hu ,dan lain-lain. Setelah kegiatan yang dilakukan selesai, roh akan meninggalkan tubuh orang tersebut.
Tahun Baru Imlek
Tahun Baru Imlek adalah salah satu hari raya Tionghoa tradisional, yang dirayakan pada hari pertama dalam bulan pertama kalender Tionghoa, yang jatuh pada hari terjadinya bulan baru kedua setelah hari terjadinya hari terpendek musim dingin (Latin: solstitium => bahasa Inggris: solstice). Namun, jika ada bulan kabisat kesebelas atau kedua belas menuju tahun baru, tahun baru Imlek akan jatuh pada bulan ketiga setelah hari terpendek. Pada tahun 2005 hal ini terjadi dan baru akan terjadi lagi pada tahun 2033.
Hari raya ini juga dikenal sebagai 春節 Chun1jie2 (Festival Musim Semi), 農曆新年 Nong2li4 Xin1nián (Tahun Baru), atau過年 Guo4nián.
Imlek dirayakan di seluruh dunia, termasuk di Pecinan di berbagai negara, dan merupakan hari raya terpenting bagi bangsa Tionghoa, dan banyak bangsa Asia Timur seperti bangsa Korea dan Vietnam (Tết) yang memiliki hari raya yang jatuh pada hari yang sama.
Selamat Tahun Baru
Sekitar masa tahun baru orang-orang memberi selamat satu sama lain dengan kalimat:
Aksara Tionghoa Sederhana: 
恭喜发财 -
Aksara Tionghoa Tradisional: 恭喜發財 = “selamat dan semoga banyak rejeki”, dibaca:
* “Gōngxǐ fācái” (bahasa Mandarin)
* “Kung hei fat choi” (bahasa Kantonis)
* “Kiong hi huat cai” (bahasa Hokkien)
* “Xīnián kuàilè” (
新年快樂) = “Selamat Tahun Baru”
Tahun Baru Imlek di Indonesia
Di Indonesia, selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2003, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional.
Tahun Baru Imlek Menurut Tradisi Konfucian
Imlek adalah religi dan tradisi Konfucian (Rujiao / Kongjiao). Di Tiongkok terdapat dua jenis kalender: kalender tradisional yang biasa disebut agricultural calendar” (農曆 nónglì, 农历) dan kalender Gregorian yang biasa disebut kalender umum (公曆 gōnglì, 公历), atau kalender Barat (西曆 xīlì, 西历). Nama lain dari kalender Tionghoa adalah kalender “Yin” (陰曆yīnlì, 阴历), yang dihitung atas dasar perhitungan bulan. Sedangkan kalender Gregorian disebut kalender”Yang”(陽曆 yánglì,阳历) yang dikaitkan pada perhitungan matahari. Kalender Tionghoa disebut kalender lama (舊曆 jìulì, 旧历) sedangkan kalender Gregorian disebut kalender baru (新曆 xīnlì, 新历). Kalender Imlek (Yinli) adalah kalender yang dihitung mulai dari tahun lahirnya Nabi Kongzi tahun 551 SM. Jadi tahun 2007 ini berarti tahun 551+2007= 2558 Imlek. Karena awal tahunnya dimulai dari awal kelahiran Sang Nabi, maka kalender Imlek juga disebut Khongcu-lek.
Kalender Imlek pertama kali diciptakan oleh Huang Di, seorang Nabi/Raja agung dalam agama Ru jiao / Khonghucu. Lalu kalender ini diteruskan oleh Xia Yu, sorang raja suci/nabi dalam agama Khonghucu pada Dinasti Xia (2205-1766SM). Dengan jatuhnya dinasti Xia dan diganti oleh Dinasti Shang (1766-1122 SM), maka system kalendernya juga berganti. Tahun barunya dimulai tahun 1 dan bulannya maju 1 bulan sehingga kalau kalender yang dipakai Xia tahun baru jatuh pada awal musim semi, maka pada Shang tahun barunya jatuh pada akhir musim dingin. Dinasti Shang lalu diganti oleh Dinasti Zhou (1122-255SM), dan bergantilah system penanggalannya juga. Tahun barunya jatuh pada saat matahari berada di garis 23,5 derajat Lintang Selatan yaitu tanggal 22 Desember saat puncak musim dingin. Dinasti Zhou lalu diganti Dinasti Qin (255-202SM). Berganti pula sistemnya. Begitu pula ketika Dinasti Qin diganti oleh Dinasti Han(202SM-206M). Pada jaman Dinasti Han, Kaisar Han Wu Di yang memerintah pada tahun 140-86 SM lalu mengganti sistem kalendarnya dan mengikuti anjuran Nabi Kongzi untuk memakai system Dinasti Xia. Dan sebagai penghormatan atas Nabi Kongzi, maka tahun kelahiran Nabi Kongzi 551 SM ditetapkan sebagai tahun ke-1. Dengan demikian penanggalan Imlek adalah perayaan umat Khonghucu.

No comments:

Post a Comment